SEJARAH RINGKAS PESANTREN
Pada tahun 1926, AlmarhumTgk. H. Abdul Wahab mendirikan
Dayah Salafi di desa Keunaloi – Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Pada tahun 1932,
dayah Salafi berkembang menjadi Pesantren Terpadu dengan menggunakan tujuh
ruang kelas yang diberi nama Pergoeroean Islam Keunaloi . Disamping Ilmu Agama,
para santri di Pesantren Terpadu juga diajarkan ilmu umum seperti aljabar,
geografi, bahasa, dan lain sebagainya. Pada tahun 1946, pesantren terpadu
menjadi Sekolah Rakyat Islam (SRI) yang kemudian diubah menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) oleh Pemerintah. Ruang belajar dipakai untuk dijadikan
MIN Keunaloi seulimum hingga tahun 1980. Sejak saat itu gedung pesantren tidak
berfungsi sampai tahun 1998.
Pada tahun 1998,
dibentuk Yayasan Tgk. H. Abdul Wahab
Keunaloi dibawah pembinaan Ir. H. Azwar
Abubakar dengan modal 7 ruang kelas, 1 balai pengajian (1926) diatas tanah 5000
meter persegi. Pada awal pembentukan yayasan Tgk. H. Abdul Wahab, kegiatan
belajar mengajar dimulai dengan pendidikan Alquran seperti TPA, TQA dan berkembang menjadi
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang diberi nama Pesantren Al Kamal. Pada tahun
2001, sesuai dengan banyaknya anan-anak korban konflik dan anak kurang mampu
nama berubah menjadi pesantren terpadu Darul Aitam Al Kamal. Berkat bantuan berbagai pihak, fasilitas
pesantren saat ini sudah memilki 5 blok asrama yang bisa menampung lebih kurang
400 Santri, 9 ruang belajar, 1 perpusatakaan, 5 ruang laboratorium dan mesjid
dalam proses pembangunan diatas tanah lebih 40.000 meter persegi.
Pada tanggal 18 Desemeber 2016, Yayasan Tgk. H. Abdul
Wahab bekerja sama dengan Yayasan Inshafuddin dalam menjalankan pendidikan pesantren
sehingga pesantren ini resmi diberi nama Pesantren Terpadu Al Kamal Inshafuddin
Aceh. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pesantren dalam
mencetak para santri yang bukan hanya menguasai Ilmu Pengetahuan &
Teknologi (IPTEK) saja tetapi juga memiliki Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang
nantinya siap melanjutkan estafet pembangunan bangsa menuju “Baldatun
thayyibatun Warabbun Ghafur”.
0 comments:
Post a Comment